How To Move On ? | Cerpen |

    Matahari mulai muncul memberikan senyumanya menyambut dunia. Burungpun mulai bernyanyi menyapa. Embun menetes di pagi Hari memberikan aroma yang khas dengan membasahi daun. Namun hariku sunyi, aku merasa berada dalam kegelapan, aku tidak Tau arah Dan jalan. Hari ini tepat 1 tahun engkau meninggalkanku. Meninggalkanku dengan kenangan indah bersama Kita. Bagaimana aku dapat melepas Rindu? Sementara sang kekasih meninggalkanku selamanya. Bukan berarti selamanya- ia menjadi kekasih orang lain atau milik orang lain. Sampai saat ini dia tetap kekasihku "My Love" tetapi bedanya dia tidak berada di sampingku. Dia meninggalkanku dengan menyimpan namaku di hatinya selamanya.
"Morning Rendy"
     Terdengar suara Perempuan paruh baya, membuka pintu kamarku. Dengan suara khas, cerianya.
"Morning mah..."
     Ia berjalan menuju tempat tidurku dengan membawa segelas Susu Dan menaruhnya di meja dekat tempat tidurku. Aku Tau dia masih di sana, memandangiku.
"Ma... Kenapa masih di situ? Iya nanti aku bangun"
Dengan mata yang masih tertutup aku berkata kepada wanita itu. Aku Tau dia masih berdiri di situ. Dan akhirnya aku membuka mata Dan mendudukan diri. Setelah dia melihat aku duduk diapun tersenyum pergi.
In Office
          Saat itu aku sedang bingung, memilah-milah berkas untuk meeting besok. Bagiku meeting itu seperti meeting-meeting biasa. Tapi entah kenapa papa menganggap itu adalah meeting terpenting. Sampai-sampai dia menyediakan tempat yang spesial. Jika biasanya meeting dengan client mungkin hanya di restoran mewah, hotel atau kantor besar di luar kota, tetapi ini berbeda.
     "Selamat pagi Tuan Wijaya"
tiba-tiba masuk sosok laki-laki, yang dimana aku Tau dia sedang senang.
"Udahlah To... Ini gue lagi milih-milih berkas nih"
"Milih-milih? Lo Kira apaan? Ren itu berkas penting buat meeting besok, lo ngga nyiapin dari kemarin?"
"Belum, gue baru selesai kemaren. Makanya gue mau milih Mana yang bener buat presentasi"
"Gila lo Ren, besok itu meeting terpenting untuk perusahaan. Lo bisa dimarahi Bos... Pak Wijaya"
"Gue juga Wijaya, Rendy Putra Wijaya. Udah deh sekarang lo diem, lon bantu'in cek yang bener, terus dipilih oke"
"Pilih? Lo pikir kayak milih kentang di pasar"
"Ini laptopnya, sini lo duduk sini. Gue mau ambil file yang lain oke... Tunggu"
lalu aku tinggal Tito.
"Eh... Dasar lo Rendy, ini Kan tugas lo, kok jadi gue yang ngerjain, Mampus gue. Aduhh mendingan tadi gue ngga usah basa-basi masuk ruangannya aduhh..."
     Bukan karena aku malas, tidak bertanggungjawab, bukan karena aku anak dari pemilik perusahaan, aku belum menyelesaikannya. Akhir-akhir ini pikiranku sedang meradang, mengacau. Bukan karena apa-apa, tapi aku masih memikirkn nya. Terkadang aku tidak percaya jika dia telah meninggalkanku. Setiap Hari aku meunggu pesan darinya, aku kangen suaranya, saat Kita makan bersama, dia penghibur disaat aku jenuh dikantor, dia adalah pemberi semangat, dia tujuan hidupku. Karna saat ini dia tidak Ada aku merasa tujuan hidupku menghilang. Dia selalu mendampingiku, dia selalu Ada disaat senang Dan sedih. Wajahnya memancarkan kebahagiaan sejati. Cintanya tulus adanya. Dia merasa paling beruntung karna memilikiku, tapi menurutku akulah yang paling beruntung karna memilikinya. Dia mengajarkan sesuatu. Sesuatu yang berharga dalam hidup. Dia mengajarkan bagaimana menghargai hidup, Dan apa arti hidup.
  "Rendy, menurut kamu hidup itu apa?"
"Hidup itu bernafas, bergerak, melakukan sesuatu"
"Iya aku Tau, maksudnya arti hidup buat kamu?"
"Hmm... Ya itu tadi jawaban aku"
"Kalo menurut aku Hidup itu membuat orang di sekitar Kita bahagia, Membuat mereka senang, nyaman, dengan begitu hidup itu akan berarti"
"Ye... 100 point buat kamu"
Lunch Time
          Biasanya saat jam makan siang dia akan menelfon, atau sekedar chat mengingatkanku untuk makan siang. Apa salah jika aku menunggunya Dan berharap itu semua akan terjadi? Apa aku pemimpi besar yang mengharapkan semua itu? Jika aku salah tolong ajarkan bagaimana cara melepas Rindu kepada seseorang yang tidak mungkin kau temui? Bagaimana Cara melupakannya?
Tiba-tiba Ada chat masuk, apa mungkin? Mungkinkah dia? Tapi ternyata...
Nita : Ren
           Lo ad wktu? Gue mau ngmong.
Rendy: ngmng lgsung lwat chat.
Nita: Penting! 
Rendy: ya udh lgsng di chat.
Nita: emg lo ya Dasar!
          Ini g bsa hrus ngmong lgsng
Rendy: gue g ad wktu hri ini
             Sibuk!
Nita: besok?
Rendy: gue ad meeting.
Nita: abis meetinglah begoo 
         Sore? Malem?
Rendy: gue g meeting di Jakarta
             Udhlah klo g pnting g ush
             Lo ribet!
Nita: gue udh ngmng klo ini Penting!
          Dasar lo ya 
          Ini soal Helen
           Emg lo meeting di mna?
Rendy: Helen knp?
Nita: lo meeting dmna? Bandung?
          Gue susul deh
Rendy: lo g bkal bis a nyusul
             Bsok gue meeting di Bali.
Nita: hah knp om Wijaya meeting smpe ke Bali? 
          Trus gmna? 
Rendy: special client. Sore nanti gue ke Rumah.
Nita: Ok 
Memory
          Satu kata yang Ada di benaku saat aku berada di sebuah Rumah besar di hadapanku saat ini. Kata itu adalah "Memory" setiap kenangan terekam di Rumah itu, menjadi saksi bisu hubungan Kita. Setiap langkah saat dia berjalan, aroma yang semakin nyata. Maafkan aku jika aku masih mengharapkanmu. Memory itu kembali merasuki diri, membayangkan Kita berjalan bersama dengan bahagia memasuki Rumah itu. Memory saat dia menyambutku di balkon kamarnya. Tapi bukan tujuanku datang kerumah itu haya melamun Dan membayangkan memory Kita. Aku akan mencoba melupakannya meskipun tidak sanggup. Aku memberanikan diri mengetuk pintu. Lalu keluarlah wanita paruh baya menyambutku dengan senyumanya sumringah Dan memelukku.
"Rendy" dia memelukku erat Dan senyumannya  yang sumringah membuatku lemas. Aku bingung bagaimana mengungkapkan perasaan ini. Antara bahagia Dan sedih. Aku juga melihat wanita itu meneteskan air mata'.
"Rendy, kamu apa kabar.? Mama kangen banget sama kamu. Ayo masuk"
Dia adalah Mama Lita.
"Iya ma... Jadi Rendy kesini mau ketemu Nita"
"Iya Nita udah cerita, sebentar ya"
     Mama Lita pun berteriak memanggil Nita. Nita pun menjawab suaranya begitu menggema di Rumah itu. Aku juga melihat sebuah foto yang mengalihkan perhatianku. Mata' yang begitu tajam seperti membawa kembali memory.
"Mama sehat Kan?"
"Iya, mama sehat. Kamu gimana?"
"Baik ma"
"Kau jangan bohong"  lalu dia memanggil bi Tami untuk membawakan minum.
"Maksud mama? Bohong gimana?"
"Mama kamu udah cerita. Sejak kejadian itu kamu jadi suka melamun. Kata papa Wijaya juga, kamu sering ngga konsen saat kerja"
"Rendy baik kok mah, cuman kecapekan aja"
"Rendy, mama Tau itu Berat bahkan berat sekali. Kamu harus melupakannya, untuk dia. Anggap dia udah bahagia di sana. Rendy, kamu harus membuka lembaran baru, kamu masih muda nak, perjalanan mu masih panjang"
Tiba-tiba Nita datang.
"Muda? Dia udah 25 Tahun ma. Dia udah dewasa. Harusnya dia bisa mengatasinya sendiri."
"Nita jangan seperti itu, harusnya kamu membantu dia. Udahlah, Rendy mama tinggal dulu ya katanya Ada yang mau dibicarakan. Kalian yang akur, jangan berantem"
"Iya ma, makasih" jawabku.
     Sebegitukah Nita bersikap kepadaku. Bahkan di depan orangtuanya sendiri dia berani mengejek diriku. Kedua keluarga kami biasa menghadapi pertengkaran kami. Biasanya kami akan saling ejek mengejek tanpa henti sebelum dia "my love"  menghentikan aku Dan nita. Cuma dia yang dapat mengakurkan kami. Dia "my love" begitu special mengubah kami yang berkepala Batu. Aku hanya diam saat Nita mengejekku tadi, bukan karna aku takut tapi karna tidak mood untuk bertengkar dengannya.
"Jadi lo mau ngomong apa?"
"Ini soal Helen, gue ngga sengaja bongkar foto pernikahan Kalian"
"Lo tu emang adik ipar paling bandel ya!"
"Tunggu dulu dong. Gue Kan juga kan kangen sama kakak gue. Gue juga sedih Ren, dia satu-satunya kakak terbaik gue. Tapi gue coba menerima keadaan Dan kenyataan"
"Udah nit, gue lagi males berantem"
"Okey, jadi gue nemu Surat yang ditulis Helen buat Lo, tadinya gue mau baca, tapi gue Tau itu privasi buat Kalian. Lagian lo pasti maki-maki gue kalo baca ini Surat so.. gue serahin Surat ini ke lo. Tapi Ada syaratnya."
"Pake syarat segala. Apaan?"
"Setelah lo baca Surat ini, lo janji sama gue, beri Tau isi Surat nya"
"Lo bilang ini privasi antara gue sama Helen. Kenapa lo jadi kepo?"
"Dasar lo ya. Masih baik Surat udah gue kasih langsung ke lo. Untung ngga gue baca dulu atau gue bakar. Gue Kan juga perlu Tau Rendy, itu Surat kakak gue."
"Apaan sih nit lebay"
"Oh.. jadi gitu, gue ambil Surat ini, gue bakar"
"Eh' eh' tega lo nit. Itukan Surat cinta gue"
"Tapi syarat?"
"Iya nanti gue critain. Mana?"
"Janji?"
"Iya"
Nita memberikan Surat itu.
"Lo besok ke Bali yah... Jangan lupa oleh-oleh ya?"
"Iya adik ipar, gue kasih oleh-oleh, isi Surat ini kan?"
"Ih.. mksdnya oleh-oleh baju, makanan apalah terserah. Oh ya kenapa om Wijaya meeting jauh-jauh?"
"Lo tu kepo ya. Ini client spesial dari Bali"
"Berapa Hari?"
"Meetingnya sih 2 Hari, tapi gue mau refreshing juga 3 Hari"
"Idih liburan dong. Sama om juga?"
"Engga dia langsung balik ke Jakarta. Gue sama Tito liburannya"
-hening-
"Ren, Hari ini tepat 1tahun kepergian Helen."
"Iya gue Tau"
"Lo gimana?"
"Maksudnya?"
"Lo masih belum bisa Move On dari dia?"
"Nita, gue juga bingung sama diri gue sendiri. Hubungan ini bukan hanya sekedar orang pacaran, salah satu pergi, lalu yang satu Move on. Gue ngga bisa secepat itu. Dia istri aku"
"Tapi ngga selamanya lo harus seperti ini Kan. Ingat Ren, Helen itu pergi ngga sebentar, dia pergi lama, bahkan selamanya lo ngga akan bisa ketemu sama dia lagi."
"Berat nit, berat gue masih belum bisa. Gue ngrasa dia masih ada di samping gue"
"Gue Tau kalo ini berat. Lo harus belajar ikhlasin dia Ren, kasihan kak Helen disana. Dia butuh ketenangan. Itu jalan yang di berikan Tuhan untuk kak Helen. Dan lo Punya jalan nya sendiri, yaitu lo lanjutin hidup lo. Buka lembaran baru. Kalian sudah di ceraikan oleh Tuhan Ren"
"Kok lo ngomong gitu?"
"Sorry kalo gue ngomong gini. Tapi memang benar Kan? Dia ninggalin lo karna dipanggil Tuhan. Dan itu takdirnya. Kalian memang dulu pernah bersama, tapi kali ini lo sendiri Ren"
"Kenapa semua orang nyuruh gue buat nglupain Helen. Padahal Kalian yang Tau sendiri Kan, Kalian saksi cinta antara aku Dan Helen. Gue sedih nit gue merasa kehilangan."
"Ren, berhenti mengasihani diri! Jangan anggap yang merasa kehilangan itu hanya lo!. Lo baru kenal Helen saat SMA Ren. Lo ngga Tau gimana perasaan keluarga kehilangan sosoknya. Seorang ibu yang melahirkannya juga merasa kehilangan Dan itu lebih sakit dari apa yang lo rasain. Gue juga, karna gue lebih mengenal Helen dari kecil. Kita Tumbuh bersama. Jadi stop mengasihani diri!"
"Terus? Gue harus gimana?"
"Ubah diri lo Ren. Please lanjutin hidup lo. Jangan Murung-murung lagi. Jadi Rendy yang dulu"
"Okey. Gue akan berusaha. Tapi beri alasan kenapa keluarga lo nyuruh gue Move on dari Helen?"
"Kita ngga enak sama lo Ren, perjalanan hidup lo masih panjang, kejar Masa depan lo. Kita jadi merasa bersalah karna meninggalnya Helen membuat hidup lo sengsara. Kita sangat berterimakasih karna lo udah bahagiakan dia disaat kritis. Dan sekarang tugas lo udah selesai Ren. Lo berhak untuk mencari kebahagiaan, Lanjutin hidup lo"
Aku ngga Tau harus berkata apa. Rasanya jantung ini berhenti berdetak. Apa benar Helen karna aku belum mengikhlaskanmu pergi kamu tidak tenang di sana? Maaf Kan aku Helen. Bagaimanapun kamu adalah yang terbaik.
Letter
Dear Rendy,
          Ada sebuah burung, dia sendiri, dia begitu kesepian, bahkan dia tidak berani untuk terbang jauh. Ia terus berada di sarangnya. Ia terbang untuk mencari makan, tapi hanya di satu pohon tempat ia bersarang. Begitu menyedihkan Kan? Dia Tak berani menatap dunia, menatap Masa depan pun ia Tak sanggup. Karna ia Tau akhirnya pun ia akan mengecewakan sekitarnya ketika gagal.
Tapi suatu saat singgah burung lain bertanya kepadanya, ia pun menjawab "Aku Takut" tetapi burung yang singgah tadi meyakinkannya. Kamu Tau apa yang terjadi? Burung penakut itu tadi terbang jauh Dan bebas bersama burung yang singgah tadi.
          Rendy, kamu Tau akupun seperti burung penakut itu. Aku begitu takut menghadapi kehidupan, aku takut orang-orang disekitarku akan kecewa setelah aku membuatnya bahagia. Tapi kamu hadir untuk meyakinkan aku. Cuma kamu. Hanya kamu. Alasanku. Kamu yang dapat mengubah ku Rendy. Kamu memberikan semangat hidup. Kamu mengabulkan mimpiku. Kamu adalah segalanya. Aku bersyukur kepada Tuhan karena aku menjadi pendampingmu. Walau hanya sesaat. Tapi kamu adalah pendamping seumur hidupku.
          Aku Tau, pada akhirnya aku akan mengecewakanmu. Aku akan meninggalkanmu Rendy, maafkan aku. Aku mohon disaat waktunya tiba, aku ngga mau kamu berlarut dalam kesedihan. Aku mohon lanjutkan hidupmu. Kamu berhak bahagia Rendy, Buka lembaran Baru.
                                                   Love
                                                   Helen


So menurut Kalian gimana? Apakah Rendy bisa Move on dari Helen? Apa yang akan dilakukan Rendy setelah mendapatkan Surat dari Helen?
Komentar di bawah jika Mau lanjut part 2.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Saya Dilahirkan di Dunia??

Daerah Ter-Di Dunia | Info |